Posts

Showing posts from June, 2010

BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN JENIS KUKU (Pericopsis mooniana Thwaites)

oleh : Munandar Pendahuluan Salah satu flora pohon penting yang ada di hutan tropika Indonesia khususnya bagian lowland adalah jenis kayu kuku ( Pericopsis mooniana Thwaites). Tinggi pohon mencapai 30-40 meter, dengan bebas cabang mencapai hampir ¾ bagian dari total pohon. Berat kering kayu ini rata-rata 770 kg/m 3 . Kayu gubal berwarna lebih cerah dari kayu terasnya yang berwarna coklat kemerahan. Permukaan kayunya licin dan mengkilap dengan gambar berupa garis-garis dekoratif sehingga di pasaran dunia kayu ini harganya cukup tinggi. Di Indonesia kayu kuku digolongkan sebagai kayu mewah. Laporan Rain Forest Action tahun 2004 kayu kuku digolongkan sebagai tanaman hutan yang terancam kepunahannya (vulnerable tree species). Pemungutan kayu kuku sejak masa kolonial, longgarnya pengawasan di pintu keluar ekspor barang dan jasa terutama kayu diperkirakan ikut mempercepat kelangkaannya. Sistim silvikultur jenis Pericopsis mooniana yang umumnya memerlukan persyaratan tertentu dikhawatirkan

KELANGKAAN AIR BERSIH, SEHARUSNYA TIDAK TERJADI DI KALSEL

Oleh : MUNANDAR Banjarmasin berjuluk kota Seribu Sungai. Agak membingungkan, ketika penghujung tahun 2009 lalu, Tv One dan beberapa koran lokal mengabarkan perihal kelangkaan air bersih di Banjarmasin dan sekitarnya. Warga  desa Bakambat, Tanipah dan Sungai Musang Kecamatan Aluh Aluh, Kabupaten Banjar harus merogoh kocek Rp.25.000,- untuk mendapatkan satu drum air sungai. Kemana perginya „ sumber kehidupan “ itu?. Ketiga daerah tersebut terletak di pesisir pantai selatan Kalsel,  sekitar muara Sungai Barito. Puncak musim kemarau Agustu- Oktober adalah musim paling kering di wilayah ini. Sungai Barito yang biasa menjadi pemasok air satu-satunya bagi  warga di daerah tersebut telah berubah asin.Tak seorang pun dapat menjamin bahwa warga pesisir itu dapat mengkonsumsi air bersih dari Sungai Barito pada selain musim kering. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) konon tak mampu melebarkan sayap hingga ke wilayah itu, sementara bersama aliran Sungai Barito terlarut pula zat-zat pollutan dan p

TAMAN WISATA ALAM PULAU BAKUT KALIMANTAN SELATAN ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN

Oleh : MUNANDAR dan ANNOOR ROSYDHIYAH    Taman Wisata Alam   Pulau Bakut pernah digadang-gadang sebagai obyek wisata penarik devisa sekaligus tindakan konservasi flora dan fauna di Kalimantan Selatan. Sungguh suatu beban berat yang harus dipikul oleh Pulau Bakut, sebuah delta kecil di sungai Barito ini.   Pulau di tengah aliran sungai Barito itu, kini   kondisinya menjadi dilematis. Di Pulau tersebut menancap tiang Jembatan Barito yang menghubungkan Kalimantan Selatan dengan kalimantan Tengah melalui darat.Terletak di tengah padatnya lalulintas pelayaran barang dan jasa, dilintasi hiruk pikuk kendaraan di atas jembatan 1,2 Km (terpanjang ke 2 di Asia Tenggara), namun diharapkan mampu   berperan sebagai   salah satu penjaga keragaman kekayaan hayati yang masih tersisa.   Di dalam kawasan    seluas kurang lebih 18,70 hektar itu hidup bekantan ( Nasalis larvatus)   primata endemik Kalimantan yakni jenis kera berbulu kemerahan berhidung panjang,   buaya sapit ( Tomistoma schlegelii ), el