SUMUR RESAPAN UNTUK PENGENDALIAN ALIRAN PERMUKAAN
Oleh Munandar
A. Latar Belakang
Rencana pemindahan pusat pemerintahan Provinsi Kalsel ke Banjarbaru dipastikan diikuti semakin pesatnya pertumbuhan kawasan permukiman.
Disebutkan data yang diperoleh dari instansi terkait, pengembang perumahan yang beroperasi di Banjarbaru hampir mencapai 50 pengembang (Radar Banjarmasin, 15/10/2010). Kebutuhan lahan aktivitas manusia memberi konsekuensi terhadap perubahan lingkungan. Daya dukung lahan dan elemen siklus hidrologi dipandang sebagai unsur paling dominant pada kelayakan lingkungan tempat hidup manusia. Daratan Kalimantan mengalami lonjakan curah hujan yang ekstrim saat ini. Curah hujan selama Oktober mencapai 721 milimeter, padahal kondisi normalnya hanya 250 milimeter per bulan ( Banjarmasin Post 3/11/2010).
Disebutkan data yang diperoleh dari instansi terkait, pengembang perumahan yang beroperasi di Banjarbaru hampir mencapai 50 pengembang (Radar Banjarmasin, 15/10/2010). Kebutuhan lahan aktivitas manusia memberi konsekuensi terhadap perubahan lingkungan. Daya dukung lahan dan elemen siklus hidrologi dipandang sebagai unsur paling dominant pada kelayakan lingkungan tempat hidup manusia. Daratan Kalimantan mengalami lonjakan curah hujan yang ekstrim saat ini. Curah hujan selama Oktober mencapai 721 milimeter, padahal kondisi normalnya hanya 250 milimeter per bulan ( Banjarmasin Post 3/11/2010).
Penggunaan lahan yang intensif menjadi salah satu penyebab banjir dan menurunnya permukaan air tanah di kawasan perumahan, Pembangunan dan pertambahan penduduk, aktivitas perekonomian mengalami kemajuan pesat. Tidak dapat dihindari sarana dan prasarana perdagangan dan pemukiman pun mengalami pertumbuhan signifikan. Pengalihan lahan seperti hutan, belukar dan rawa menjadi perumahan menyebabkan tidak ada lagi area terbuka sebagai zona resapan air (infiltrasi).
Resapan air ke dalam tanah menjadi kecil dan sebaliknya volume aliran air permukaan menjadi besar.Infiltrasi semakin berkurang dengan semakin lamanya hujan. Intensitas Aliran permukaan (run off) akan meningkat daya rusaknya jika intensitas hujan tinggi sementara resapan makin kecil atau telah jenuh.Kondisi seperti ini mudah dikenali sebagai salah satu sebab terjadinya banjir.
Dalam konteks pembangunan fisik di kota Banjarbaru dapat ditemui fenomena :a). Pesatnya pembangunan pemukiman, b). Banjir berkala di pemukiman sekitar Sungai Kemuning, c). Kecenderungan warga masyarakat menutup halaman dengan semen,d). Rusaknya jalan-jalan oleh aliran air permukaan
Pemerintah Kota Banjarbaru melakukan normalisasi Sungai Kemuning untuk tujuan lancarnya drainase. Sementara keberadaan air tanah yang masuk sebagai infiltrasi kedalam tanah belum mendapat perhatian serius. Untuk itu perlu dialokasikan lahan untuk pembuatan konstruksi sumur resapan air.
B. Permasalahan
Pembangunan pemukiman skala besar, sungai yang bantarannya dibebani pemukiman padat dan lahan terbuka yang tertutup semen menjadi lazim ditemui di kota-kota yang mulai berkembang. Permasalahan yang kemudian muncul adalah terganggunya fungsi sungai bahkan timbul banjir diberbagai tempat. Ditinjau dari aspek hydrologi dapat kenali permasalahan pokok yang tengah dan akan dihadapi masyarakat Banjarbaru yakni ;
- Drainase yang buruk pada proyek pembangunan pemukiman
- Menyusutnya lahan terbuka sebagai area infiltrasi air
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam tulisan ini adalah sebagai berikut :
- Mengenali permasalahan pemukiman ditinjau dari aspek hydrology
- Menawarkan salah satu solusi Pengedalian Aliran Permukaan di Perkotaan yang mudah dilaksanakan
D. Sumur Resapan Sebagai Pengendali Aliran Permukaan (Run off)
Sumur resapan dapat dikatakan sebagai rekayasa teknik konservasi air yang diperuntukkan bagi daerah dengan curah hujan tinggi dan mempunyai kelerengan dibawah 25 %. Bangunan sumur resapan akan sangat bermanfaat di daerah hilir, kawasan pemukiman baik pedesaan maupun perkotaan, dimana banyak terdapat zona kedap air (atap bangunan, rumah, jalan aspal). Semakin banyak zona kedap air semakin banyak volume run off akibat sedikitnya air hujan yang meresap ke dalam tanah.
Pada daerah–daerah kedap air biasanya akan terdapat banyak genangan dan aliran permukaan yang berasal dari hujan. Sumur resapan dapat menampung sejumlah air hujan yang jatuh ke zona kedap air kemudian diresapkan ke dalam tanah sehingga tidak mengalir menjadi run off Air yang mengisi sumur resapan berasal antara lain dari atap rumah/bangunan yang dialirkan melalui talang dan masuk ke sumur melalui pipa-pipa. Dimensi sumur ditentukan berdasarkan tiga parameter utama yang perlu diperhatikan yaitu : a)permeabilitas tanah, b)curah hujan, c) luas atap rumah/permukaan kedap air (Dephut, 1994).
Data permeabilitas tanah diperlukan untuk menentukan volume sumur resapan air yang akan dibuat. Curah hujan diperlukan untuk menentukan dimensi sumur resapan air. Data curah hujan yang diperlukan selama 10 tahun pengamatan (diperoleh dari stasiun hujan terdekat). Pengukuran luas atap rumah didasarkan atas luas permukaan atap yang merupakan tempat curah hujan jatuh secara langsung diatasnya. Desain bentuk dan jenis konstruksi sumur resapan air dietentukan pula oleh sifat-sifat fisik tanah yang meliputi Infiltrasi,tekstur tanah, struktur tanah, dan pori drainase.
Gambar 1. Pemanfaatan bahu Jalan untuk sumur resapan (sumber BPPT)
Untuk membangun sumur resapan agar dapat memberikan kontribusi yang optimum diperlukan metoda perhitungan sebagai berikut (Sunjoto,1992) :
Menghitung debit masuk sebagai fungsi karakteristik luas atap bangunan dengan formula rasional Q=CIA,
Q=debit masuk,
C=koefisien aliran (jenis atap rumah),
I=intensitas hujan,
A=luas atap)
E. Penerapan Konstruksi Sumur Resapan
Konstruksi Sumur Resapan merupakan alternatif pilihan dalam mengatasi banjir dan menurunnya permukaan air tanah pada kawasan perumahan, karena dengan pertimbangan : a) pembuatan konstruksi SRA tidak memerlukan biaya besar, b) tidak memerlukan lahan yang luas, dan c) bentuk konstruksi SRA sederhana.
Manfaat yang dapat diperoleh dengan pembuatan sumur resapan air antara lain : (1) mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air, sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya banjir dan erosi, (2) mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air tanah, (3) mengurangi atau menahan terjadinya intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan wilayah pantai, (4) mencegah penurunan atau amblasan lahan sebagai akibat pengambilan air tanah yang berlebihan, dan (5) mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah (Dephut, 1995). Ilustrasi disain sumur resapan tampak pada gambar 2.
Gambar 2. Tampak Samping Sumur Resapan (sumber BPPT )
F. Type Sumur dan Kesesuaian dengan Kondisi Lingkungan Kota Banjarbaru
Sebagai kota yang dipersipakan menjadi Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan, Kota Banjarbaru harus memenuhi unsur-unsur tata ruang, tata kelola lingkungan dan paling penting ketersediaan air. Beban lingkungan sebagai kota hunian, industri dan pusat aktivitas pemerintahan memerlukan pasokan air tanah. Beberapa ahli lingkungan mengemukakan kekhawatirannya akan kelangkaan air bersih di Banjarbaru pada tahun 2025.
Sumur resapan air sesuai dengan kondisi lingkungan pada kawasan perumahan di kota Banjarbaru dapat dirancang dua pola penerapan yaitu:
a) pembuatan secara kolektif (berdasarkan blok-blok rumah, atau untuk satu kawasan perumahan;
b) pembuatan per-tipe rumah.
G. Simulasi Alokasi Tipe-tipe Sumur
Pembuatan sumur resapan air per-blok dalam suatu kawasan perumahan harus direncanakan sejak dari awal oleh kontraktor atau developer. Pada siteplan sudah nampak jelas alokasi lahan untuk pembangunan sumur resapan air pada setiap blok (per-blok bisa terdiri dari 10 rumah atau lebih). Sumur Resapan yang dibuat pada setiap rumah atau per-tipe rumah dapat dirancang dengan memperhatikan aspek luas perkarangan rumah dan nilai estetika, sehingga SRA dapat dibangun ke arah vertikal atau horisontal .
Gambar 3. Simulasi lokasi pembangunan Sumur Resapan di Banjarbaru
Berdasarkan tingkat kepadatan bangunan dan ketersediaan jaringan drainase di Kota Banjarbaru melalui Photo Citra tahun 2007 sebagaimana Gambar 3. dapat di golongkan dalam dua wilayah yakni ;
Wilayah A, cocok untuk Sumur Resapan per tipe rumah.Kawasan ini merupakan wilayah yang tidak terlalu rapat zona kendap airnya, dimana bangunan dan jalan masih memungkinkan memberi ruang kepada infiltasi air hujan. Wilayah A meliputi :
- Sebagian Kelurahan Banjarbaru Utara
- Kelurahan Sungai Sipai
- Sebagian Keluarahan Sei Ulin
Wilayah B, cocok untuk Sumur Resapan tipe Kolekif. Kawasan ini sudah padat oleh pengembangan perumahan sehingga sedikit sekali zona resapannya. Bangunan dan badan jalan masih sebagian besar sudah tertutup aspal sehingga hanya sedikit memberi ruang kepada infiltasi air hujan. Wilayah B meliputi :
- Sebagian Kelurahan Banjarbaru Utara
- Kelurahan Guntung Upih ( Banjarbaru Kota
- Sebagian Keluarahan Sei Besar (Ratu Elok sampai Simpang Empat)
H. Penutup
1. Kota Banjarbaru dari aspek hydrology terancaman kekurang pasokan air tanah dan tingginya run off yang merusak bangunan jalan.
2. Pada daerah–daerah kedap air memperbanyak genangan dan aliran permukaan yang berasal dari hujan.
3. Sumur resapan dapat menampung sejumlah air hujan yang jatuh ke zona kedap air kemudian diresapkan ke dalam tanah sehingga tidak mengalir menjadi run off
4. Banyaknya sumur resapan yang sesuai kondisi sedikit dapat mengeliminasi terjadinya genangan bahkan menangkal banjir
I. Rekomendasi
.1. Penerapan sumur resapan air pada kawasan perumahan menjadi suatu salah satu alternatif pengendali aliran permukaan yang merusak bangunan dan genangan sehingga perlu direalisasikan secara bersama-sama pada setiap rumah, komplek perumahan dan perkantoran dan pusat kegiatan perekonomian.
DAFTAR PUSTAKA
Dephut. 1994.Pedoman Penyusunan Rencana Pembuatan Bangunan Sumur Resapan Air. Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, Jakarta.
Dephut. 1995. Petunjuk Teknis Uji coba Pembuatan Percontohan Sumur Resapan Air. Departemen Kehutanan, Jakarta.
Harian Banjarmasin Post tanggal 3/11/2010
Harian Radar Banjarmasin tanggal 10/2010
Comments