DILEMA ROTAN INDONESIA
Ketika
blusukan mengumpulkan informasi
tentang budidaya rotan di Kalimantan Selatan penulis menemukan fenomena yang
menarik. Mana uang dan mana dluwang?
(bahasa Jawa kertas). Pilihan sederhana untuk memperoleh keuntungan. Beberapa narasumber
menyebutkan saat ini produksi rotan di
daerahnya sangat rendah. Konon, selama harga karet alam masih cukup stabil
petani memilih membiarkan rotan
berjuntaian liar di kebun dan hutan. Harga jual rotan asalan memang sedang
murah kala itu, yakni sekitar Rp. 2000
per kilo. Petani lebih suka memanen karet alam yang harga per kilonya Rp. 9000. Lumayan. Pilihan utama selalu uang,
jadi buat apa nyungsep-nyungsep memanen
rotan jika uangnya tidak memadai?. Begitu kira-kira pertimbangan sederhananya. Menurunnya
pasokan rotan dari tingkat petani tidak terlepas dari lesunya industri rotan
yang telah terjadi beberapa tahun belakangan ini. Pengumpul di daerah penghasil
seperti Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara dan Barito Kuala lebih banyak
menunggu datangnya pesanan dari pengumpul dan industri pengolahan rotan di
Banjarmasin dan Banjarbaru.
Industri rotan khususnya di Kalimantan
Selatan memang seperti hidup enggan mati pun segan. Data pada Dinas Kehutanan
Provinsi Kalimantan Selatan mencatat ada 33 unit izin usaha pengumpul yang juga industri pengolahan rotan tahun 2003. Tahun
2008 tersisa 9 unit izin pengumpul/pengolah
rotan, terus menyusut menjadi 6 unit tahun 2009, 5 unit tahun 2010 dan tahun
2011 tinggal 3 unit izin. Penurunan disebabkan pemegang izin tidak lagi
memperpanjang izin pengumpul/industri pengolahannya ketika masa berlaku sudah
habis.
Izin pengumpulan/pengolahan rotan ini
memang agak khas, pemegang izin memanfaatkannya sebagai usaha untuk memasarkan
rotan mentah dan setengah jadi ke luar pulau. Tidak mengherankan ketika keran
ekspor ditutup, usaha ini pun ikut terkontraksi.
Ekspor barang
–barang berbahan baku rotan Provinsi
Kalimantan Selatan menurut situs resmi
Pemdaprov Kalsel, http:// www.kalselprov.go.id
merosot sejak tahun 2008 sebanyak 38,22% dari
US $.8.97.748,78 menjadi US $.8.011.425,70. Hal ini disebabkan permintaan luar
negeri mengalami penurunan khususnya pasar Jepang yang merupakan tujuan utama
pasar rotan Kalimantan Selatan.
Industri kerajinan rotan rumah tangga yang dapat
ditemui pun kondisinya hampir serupa. Sebagai contoh di Hulu Sungai Utara,
empat kecamatan penghasil produk olahan rotan dapat digambarkan; lampit rotan
155.000 m2/bulan, anyaman 9.700 lembar/bulan, tikar 36.500 m2/bulan, furniture
1.400 buah/bulan semuanya untuk konsumsi lokal. Tidak dapat dipungkiri, bahwa
hidup matinya industri rotan berikut budidayanya sangat dipengaruhi oleh pasar
luar negeri. Konsumsi rotan mentah dan setengah jadi untuk pasar lokal/dalam
negeri masih rendah.
Bagaimana
dengan peran pemerintah?. Peraturan
Menteri Perdagangan Peraturan Menteri Perdagangan
No. 35/M-DAG/PER/11/2011 untuk melarang ekspor rotan akan berlaku efektif
sesuai rencana pada 1 Januari 2012. Konon, larangan
ekspor rotan sebagai bahan baku akan diserap di dalam negeri, akan dibangun sentra-sentra industri berbasis rotan di
seluruh Indonesia. Penolakan berbagai pihak pun muncul diantaranya
meminta pemerintah mencabut aturan Permendag ini
yang menetapkan tentang Pengaturan
Pengangkutan Antarpulau Rotan yang dinilai sangat memberatkan dan tidak
sejalan dengan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.55/2006 dan P.8/2009 yang
menetapkan penyederhanaan prosedur pengangkutan rotan (HHBK).
Larangan ekspor bahan baku diharapkan akan mendorong
industri pengolahan lanjutan, berarti nilai tambah dapat dipetik dari industri
ini. Namun, berbagai prasyarat harus dipenuhi terlebih dahulu mulai dari hulu
sampai ke hilir. Tiga hal yang penting menyangkut insentif bagi budidaya rotan,
dukungan pengembangan produk serta perluasan pasar harus dipersiapkan dengan
matang. Jika salah satu terabaikan, tidak mustahil Permendag No.
35/M-DAG/PER/11/2011 hanya akan mematikan industri
dan usaha budidaya rotan.
Kalimantan kaya
jenis rotan
Saat
ini dikenal 9 macam suku rotan ada di
Indonesia yaitu Calamus, Daemonorops, Khorthalsia,
Plectocomia, Ceratolobus, Plectocomiopsis, Myrialepis, Calospatha dan Bejaudia. Dari jumlah 9 suku yang telah ditemukan
tersebut, telah diketahui jumlah jenisnya, yaitu : Calamus (370 spp/jenis), Daemonorops
(115 spp/jenis), Khorthalsia (31 spp/jenis), Plectocomia (14 spp/jenis),
Ceratolobus (6 spp/jenis), Plectocomiopsis (5 spp/jenis), Myrialepis (2
spp/jenis), Calospatha (2 spp/jenis), dan Bejaudia (1 spp/jenis). Tidak kurang 306 jenis dari 8 suku tersebar di Kalimantan 137 jenis,
Sumatera 91 jenis, Sulawesi 36 jenis, Jawa sejumlah 19 jenis, Irian 48 jenis,
Maluku 11 jenis, Timor 1 jenis dan Sumbawa 1 jenis.
Beberapa jenis rotan yang dikenal di Indonesia diantaranya adalah;
Rotan Jernang besar ( Daemonorops draco Blume), Rotan Dahanan ( Korthalsia flagellaris Miq), Rotan Semambu ( Calamus scipionum Loue), Rotan Jermasin ( Calamus leocojolis ), Rotan Buyung ( Calamus optimus Becc), Rotan Mantang ( Calamus ornatus Blume), Rotan Dandan ( Calamus Schistolantus Blume), Rotan Inun ( Calamus scabridulus Becc), Rotan Tohiti, ( Calamus inops Becc), Rotan Manau ( Calamus manan Miq), Rotan Irit ( Calamus trachycoleus ), Rotan Taman ( Calamus caesius Blume), Rotan Lilin ( Calamus javensis Blume), Rotan Korod ( Calamus heteroides), Rotan Balukbuk ( Calamus burkianus ), Rotan Pelah ( Daemonorop rubra), Rotan Kirtung (Myrialepsis scortechinii), Rotan Pulut Merah ( Calamus Sp.), Rotan Getah ( Daemonorops angustifolia), Rotan Umbul ( Calamus simphysipus), Rotan Sega Ayer ( Calamus axillaris), Rotan Saloso ( Calamus sp.), Rotan Manau Riang ( Calamus oxleyanus), Rotan Loluo ( Calamus Sp), Rotan Batang ( Daemonorops robustus), Rotan Seel ( Daemonorops melanochaetes), Rotan Udang Semut (Korthalsia scaphigera Mart), Rotan Dahan (Korthalsia rigida Blume), Rotan Meiya (Korthalsia echinometra Becc.), (Plepcotniopsis geminiflorus Becc.), Rotan LowaRotan Sabut (Daemonorops hystrix (Griff) Mart,),R (Daemonorops periacantha Miq.), Rotan Pakak, Rotan Uwi Koroh (Daemonorops geniculata (Griff.) Mart.), Rotan Duduk (Daemonorops longipes (Griff.) Mart), Rotan Ulur (Calamus ulur Becc.), Rotan Manau Tikus (Calamus tumindus Furtado), Rotan Manau Padi (Calamus marginantus Mart.), Rotan Tunggal (Calamus laevigatus Mart.), Rotan Dago Kancil (Calamus conirostris Becc.) dan Rotan Lita (Daemonorops lemprolepis Becc).
Rotan Jernang besar ( Daemonorops draco Blume), Rotan Dahanan ( Korthalsia flagellaris Miq), Rotan Semambu ( Calamus scipionum Loue), Rotan Jermasin ( Calamus leocojolis ), Rotan Buyung ( Calamus optimus Becc), Rotan Mantang ( Calamus ornatus Blume), Rotan Dandan ( Calamus Schistolantus Blume), Rotan Inun ( Calamus scabridulus Becc), Rotan Tohiti, ( Calamus inops Becc), Rotan Manau ( Calamus manan Miq), Rotan Irit ( Calamus trachycoleus ), Rotan Taman ( Calamus caesius Blume), Rotan Lilin ( Calamus javensis Blume), Rotan Korod ( Calamus heteroides), Rotan Balukbuk ( Calamus burkianus ), Rotan Pelah ( Daemonorop rubra), Rotan Kirtung (Myrialepsis scortechinii), Rotan Pulut Merah ( Calamus Sp.), Rotan Getah ( Daemonorops angustifolia), Rotan Umbul ( Calamus simphysipus), Rotan Sega Ayer ( Calamus axillaris), Rotan Saloso ( Calamus sp.), Rotan Manau Riang ( Calamus oxleyanus), Rotan Loluo ( Calamus Sp), Rotan Batang ( Daemonorops robustus), Rotan Seel ( Daemonorops melanochaetes), Rotan Udang Semut (Korthalsia scaphigera Mart), Rotan Dahan (Korthalsia rigida Blume), Rotan Meiya (Korthalsia echinometra Becc.), (Plepcotniopsis geminiflorus Becc.), Rotan LowaRotan Sabut (Daemonorops hystrix (Griff) Mart,),R (Daemonorops periacantha Miq.), Rotan Pakak, Rotan Uwi Koroh (Daemonorops geniculata (Griff.) Mart.), Rotan Duduk (Daemonorops longipes (Griff.) Mart), Rotan Ulur (Calamus ulur Becc.), Rotan Manau Tikus (Calamus tumindus Furtado), Rotan Manau Padi (Calamus marginantus Mart.), Rotan Tunggal (Calamus laevigatus Mart.), Rotan Dago Kancil (Calamus conirostris Becc.) dan Rotan Lita (Daemonorops lemprolepis Becc).
Jenis yang
benar-benar diketahui memiliki sifat dan memenuhi kualitas untuk berbagai
penggunaan berjumlah 50 jenis. Sedangkan dari 50 jenis tersebut yang benar-benar memiliki nilai
komersial tinggi dan banyak dipungut dan diperdagangkan baru 27 jenis saja. Beberapa species rotan telah
dibudidayakan oleh masyarakat di Kalimantan (Tengah dan Selatan) seperti rotan
taman (Calamus caesius Blume), rotan irit ( Calamus trachycoleus ). Tidak
mengherankan jika produksi rotan jenis ini cukup besar di Indonesia. Selain produksi rotan tanaman
juga masih ada produksi rotan alam. Dengan kekayaan yang melimpah itu rasanya
tidak cukup hanya berbangga, tetapi bagaimana kita mengelolanya (end). Tulisan dalam format cetak dapat dibaca pada Majalah Kehutanan Biwan Edisi 14/2011
Comments