Thesis Abstract


Economic valuation of use on Non Marketable Forest Products  in Protected Area of Sultan Adam Great Forest Park, South Kalimantan,
by MUNANDAR 1) Prof. H.UDIANSYAH, Ph.D 2),  H M. ZUBAIDI.3), DANIEL ITTA,3)
ABSTRACT
            Pressure against  forests become increasingly severe during three decades in Indonesia. Increasing  of food demand, investment in economic development framework require more wider   of land. The major opinion which assume that value of  forest would more higher just if it was changed to agriculture or land mines, in other word forests often undervalued. Consequently, forest always become main target  of function conversion to non-forestry activities. People realizing the value of forests when it's increasingly scarce.   The research identified  potential, kinds of  non marketable forest  products, and calculating  the economic value of non marketable forest products in Sultan Adam Grand Forest Park. Identifying the species  was conducted on  the sample of 100 hectares  width  by creating line plot sampling of width 20 meters  and 1000 meters length. Data  were analyzed to explain types of species, frequency, relative frequency, density and relative density. Calculating   the value of non marketable forest products was done  by  making Contingent Valuation Method (CVM) survey. Amount of Willingness to Pay (WTP) directly ask to the respondents using questionnaire. Respondents were 243 peoples in five villages; Belangian, Artain, Paau, Kalaan and Rantaubujur. The result of research, non marketable flora consist of  7 species of used as food ingredients, 2 types species of medicinal and tonic, a species potent to cosmetics substitution, one type of pest poison, one of handy craft. There are 8 species of birds among of them are endangered species like hornbill (Buceros rhinoceros) and haruai or Kalimantan Peacock ( Argusius argus).The Large mammals such as deer (Cervus unicolor), antelop (Muntiacus muntjak) and wild boar (Sus srofa) still found in it’s footprints and be informed by local people Willingness to Pay of locally perspective was Rp.494,483,164.61 per year or Rp. 7,271.81 per hectare per year as preferences to non marketable forest products they used.
Keywords: Non Marketable, Valuation, WTP, Sultan Adam Grand Forest Park

1)       Graduate Student at The Lambung Mangkurat University
2)       Professor at Faculty of Forestry The Lambung Mangkurat University
3)       Lecturers at Faculty of Forestry The Lambung Mangkurat University

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

PULAI, TUMBUHAN OBAT DARI HUTAN

Image
PULAI Alstonia scholaris , pulai (Banjar ), pulai ( Indonesia) Tumbuhan obat ini merupakan pohon dari famili Apocynaceae dengan nama ilmiah/botani Alstonia scholaris . Tempat tumbuh pulai pada umumnya adalah di hutan  dataran rendah dan pegunungan sampai pada ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut. Tinggi pohon dewasa umumnya sedang dari 15 – 40 meter. Kulit batang berwarna abu-abu kecoklatan agak kasar. Getah kayu pulai berwarna putih susu. Daun berbentuk lancet dengan permukaan licin berwarna hijau gelap. Tulang daun menyirip berpasangan. Daun biasanya membentuk karangan sebanyak 5 sampai  6 lembar. Sosok pohon pulai ( Alstonia scholaris) kiri dan daunnya Masyarakat Dayak pedalaman Kalimantan menggunakan getah pohon ini untuk obat malaria  dengan cara meminumnya satu sendok teh sebelum tidur. Kulitnya digunakan untuk bahan baku obat atau jamu yang berkhasiat untuk mengobati penyakit radang tenggorokan dan lain-lain . Masyarakat aborigin Australia meman
Read more

SAATNYA MASYARAKAT SEKITAR HUTAN BERPERAN

Image
Berkembang pesat teori-teori tentang bagaimana memperluas peran masyarakat lokal dalam pengelolaan Sumberdaya Hutan. Mainstream pemikiran tersebut  saat ini mengarah kepada ranah yang lebih demokratis. Proses perumusan kepentingan atas pengelolaan sumberdaya alam dibahas melibatkan banyak pihak.   Ada sinyal bagus dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) bahwa masyarakat sekitar  perlu terlibat dalam proses pembuatan kebijakan pembangunan kehutanan. Hal itu disampaikan Menteri  saat memberikan arahan pada Rapat Koordinasi di Lingkungan Inspektorat Jenderal LHK tahun silam. Makna yang bisa ditangkap dari pernyataan tersebut adalah akan diperolehnya kesepatan masyarakat dalam menentukan arah pembangunan kehutanan kedepan.  Perdebatan tentang bagaimana peran masyarakat lokal dalam pengelolaan sumberdaya hutan sejatinya selalu berpangkal pada pandangan bahwa hutan dianggap public goods yang bisa dimanfaatkan oleh siapa saja. Sesungguhnya sangat riskan menempatkan hutan seba
Read more

CATATAN YANG TERSERAK

Serenada jingga laut mereguk nyanyi sunyi  di pucuk nipah tersisa langit  merah jingga tanpa makna cemara yang menua  dahannya  menanti nelayan renta menambatkan sampan terakhir kalinya                                                                         karang payau 30319 Catatan yang Terserak menanti hingga tak kembali di siang di pagi hari di mana hadirmu kau sembunyikan di tiang bagang yang meronta ronta di hijau cemara pada tepi ombak di mana hadirmu kau sembunyikan di cakrawala mana tersesatkan jiwa yang penat tempat merebahkan kepala sampai senyap                                                                                                                       karang payau 30319
Read more