BU MENTERI, BEKANTAN DAN ORANGUTAN
( Sebuah renungan pendek )
Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup melepas liarkan empat ekor bekantan (Nasalis larvatus) Sabtu 18/2/2017 di sebuah delta kecil di tengah Sungai Barito Kalimantan Selatan. Acara seremonial itu seperti melonggarkan napas yang sesak ditengah santernya berita pembantaian orangutan (Pongo pygmaeus ) oleh sekelompok karyawan perkebunan sawit di Kapuas. Pelepas liaran monyet belanda berhidung bangir itu diartikan sebagai upaya mengkonservasi satwa liar endemik Pulau Borneo.
Menteri LHK melepas liarkan Bekantan (Photo Radar Banjarmasin) |
Orangutan Kalimantan (Photo IUCN) |
Akan halnya dengan Ibu Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kiranya pelepas liaran bekantan tidak menjadi sarana berhura-hura layaknya selebrita yang mengiklankan produk kosmetika. Semoga bukan perang media semata. Jika itu yang terjadi alangkah ironisnya. Orang-orang dengan kesadaran sempurna, meyakini siapa yang menguasai media, dia lah yang menguasai dunia. Siapa yang eksis di media massa, mampu membentuk opini dunia. Manusia memakan orangutan, tentu sebuah berita , latar belakangnya bisa karena sensasinya atau ungkapkan keprihatinan akan kemanusiaan. Berita pelestarian alam bisa jadi adalah amunisi pihak tertentu untuk mempengaruhi opini global. Indonesia semakin tidak becus mengurus hutan, lalu di pergaulan dunia makin lemah nilai tawarnya. Sebagai good boy, selama ini Indonesia memang dikenal patuh membayar utang luar negerinya. Sebagai pengutang yang setia, dengan nilai tawar yang rendah amat mudah diapa-apain kebijakan ekonominya sesuai keinginan pemodal. Sementara yang menjadi obyek berita tak persah berubah nasibnya. Sang bekantan tetap rentan kepunahan dan Sang Orangutan akan tinggal menjadi catatan di buku-buku sekolahan.
Comments